CEDERA OLAHRAGA
RANDY ARIF GUMANTI S.Pd
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR
Jl. Dr. Muwardi Komplek Pasir
Gede Raya Cianjur 43216 Telp./Fax. (0266) 262284
KATA
PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur
saya Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwasanya saya telah dapat membuat Makalah
tentang “Cedera Olahraga” walaupun banyak sekali hambatan dan kesulitan yang
saya hadapi dalam menyusun makalah ini, dan mungkin makalah ini masih terdapat
kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan
kemampuan saya. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak terutama dari dosen yang bersangkutan
supaya saya dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian
hari dan semoga makalah ini berguna bagi siapa saja terutama bagi
teman-teman yang hobi atau ingin lebih tahu lebih banyak tentang
olahraga ini.
Penyusun,
Randy
Arif Gumanti
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
C. Manfaat Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Pengertian ....................................................................................... 3
B. Kerangka Berfikir ........................................................................... 7
C. Macam-Macam Cedera Olahraga .................................................... 9
D. Klasifikasi Cedera Olahraga ............................................................ 9
E. Penyebab dan Pencegahan Cedera Olahraga .................................... 11
F.
Penyebab Cedera Olahraga ............................................................. 12
G. Pencegahan Cedera Olahraga .......................................................... 14
H. Perawatan dan Pengobatan Cedera Olahraga ................................... 17
BAB III PENUTUP .................................................................................. 19
A. Kesimpulan ..................................................................................... 19
B. Saran............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................20
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Cedera sering dialami
oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau
patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan
yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami
oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula
dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun
berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini
terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri. Tak
ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuhdan melindungi kita
dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan
mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan
dirinya sendiri.
Ada beberapa hal yang
menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi
Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur,
aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan
berlebihan terutama pada otot,dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus
cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang
biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan
tahap latihan.
Cedera akibat
berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu
permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai
pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif
dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan
mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut.
Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi
suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan
meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter). Perawatan
dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan
jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu melaksanakan dan faham
tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam
olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun
setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah.
B.
Tujuan
Penulisan Makalah
Setelah
mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan
pengertian cedera
b. Mengenal
secara mendalam tentang macam-macam cedera olahraga
c. Dapat
menjelaskan penyebab dan pencegahan cedera olahraga
d. Mampu
menyampaikan informasi dan menunjukkan tata cara pengobatan cedera olahraga.
C.
Manfaat
Penulisan
Di dalam makalah ini
kita dapat mengetahui manfaat dan kerugian dari Cedera Olahraga tersebut. Baik
cedera olahraga yang ringan maupun cedera olahraga yang berat. Sebagai calon
guru pendidikan jasmani kita harus tahu bagaimana mengkondisikan
siswa-siswa supaya meringankan terjadinya cedera olahraga.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Olahraga bertujuan untuk menyehatkan
badan, memberikan kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya
sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan
cedera? Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag
sepak bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera
yang berbeda-beda.
Kegiatan olahraga
sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada
masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling
baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang
teratur untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani. Seseorang
melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani, kesehatan
maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik
amatir dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi
sekurang-kurangnya untuk menjadi juara. Namun beberapa faktor yang
mempunyai peran perlu diperhatikan antara lain :
1.
Usia Kesehatan Kebugaran
Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang
disebut proses digenerasi mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi
tubuhakan berkurang 1% pertahun (Rule of one), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan
jaringan akan mulai berkurang akibat proses degenerasi, selain itu jaringan
menjadi rentan terhadap trauma. Untuk mempertahankan kondisi agar tidak terjadi
pengurangan fungsi tubuh akibat degenerasi, maka latihan sangat diperlukan guna
mencegah timbulnya Atrofi, dengan demikian bahwa usia memegang peranan.
2.
Jenis Kelamin
Sistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan
wanita, demikian pula dengan bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik,
maka tidak semua jenis olahraga cocok untuk semua golongan usia atau jenis
kelamin. Hal ini apabila dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun
juga tertentu untuk jenis olahraga tertentu
3.
Jenis Olahraga
Kita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun
jenisnya,mempunyai peraturan permainan tertentu dengan tujuan agar
tidak menimbulkan cedera, peraturan tersebut merupakan salah satu mencegahnya.
4.
Pengalaman Teknik Olahraga
Untuk
melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tercapai perlu persiapan dan
latihan antara lain :
·
Metode atau cara berlatihnya.
·
Tekniknya agar tidak terjadi “over
use”.
5.
Sarana atau Fasilitas
Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan
cedera masih timbul akibat sarana yang kurang memadai
6.
Gizi
Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yzng
baik, selain itu gizi menentukan kesehatan dan kebugaran. Dalam ilmu kedokteran
sangat jelas bahwa dengan olahraga yang teratur memegang peranan untuk
memperoleh badan yang sehat, menghindari penyakit-penyakit seperti
penyakit jantung, serta menunda proses-proses degeneratif yang tidak bisa
dihindari oleh proses penuaan.
Keadaan akan pentingnya serta keuntungan yang
diakibatkan oleh olahraga adalah sesuai dengan perubahan-perubahan kondisi
sosial dan ekonomi bila kita menilai beragam olahraga, ada
permainan-permainan tertentu yang bersifat kompetitif untuk
dipertandingkan dimana masing-masing individu harus bisa mencapai prestasi
maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering mengundang terjadinya
cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor penyebab serta
peralatan olahraga tersebut diperhatikan.
Dalam cedera macam-macan pula derajat cederanya
mulai dari yangringan sampai yang sangat berat, karena faktornya: jenis
kelamin, derajatcedera, ukuran tubuh, anatomi, kesegaran aerobik, kekuatan
otot, kekuatan,kelemahan ligamen, kontrol motorik pusat, kejiwaan, kemampuan
mentalmerupakan faktor-faktor dalam kecenderungan cedera.
B.
Kerangka
Berfikir
Tujuan utama dalam
mempelajari tentang cedera olahraga adalahsupaya mahasiswa atau buru pendidikan
jasmani mengetahui bagaimanamenangani cedera olahraga dan bagaiman mencegahnya. Untuk
tidak menjadikabur tentang perbedaan banyak ragam jenis cedera maka perlu
diberikan penjelasan tentang pengertian cedera, yaitu :
1.
Cedera
Cedera adalah suatu akibat dari pada gaya-gaya yang
bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan
tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat
atau jangka lama. Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan
yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau
bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri. Harus
diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan karena kegiatan
olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga celaka, tetapibila
kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi resiko celaka tersebut.
2.
Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk
dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi,
tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak
hanya punya keuntungan secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan negara.
Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang
ini semakin mendapat perhatian yang luas. Bersamaan dengan meningkatnya
aktivitas keolahragaan tersebut, korban cedera olahraga juga ikut bertambah.
Sangat disayangkan jika hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku
olahraga sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi.
”Cedera Olahraga“ adalah rasa sakit yang ditimbulkan
karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau
sendi serta bagian lain dari tubuh. Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan
cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan
fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan
aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa
berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali
hobi dan profesinya.
Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus
dilakukan secara tim yang multi disipliner. Cedera olahraga
dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a. Kelompok
kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar, leban
otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma
kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma
pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
b. Kelompok
“sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes),yang lebih spesifik yang
berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow
swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
C.
Macam
Cedera Olahraga
Didalam menangani
cedera olahraga (sport injury) agar terjadi pemulihan seorang atlit untuk
kembali melaksanakan kegiatan dan kalau perluke prestasi puncak sebelum cedera.
Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu penyembuhan
yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ) atau sistem
jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dariderajat kerusakan
yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangansecara dini. Dengan
demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam kedokteran olahraga perlu
bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta cara memberikan terapi agar
tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah, sehingga penyembuhan serta
pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat dicapai dalam waktu
singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk pemulihan dan
peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk mempertahankan kondisi jaringan
yang cedera agar tidak terjadi penecilan otot (atropi). Agar selalu tepat
dalam menangani kasus cedera maka sangat diperlukan adanya pengetahuan tentang
macam-macam cedera.
D.
Klasifikasi
Cedera Olahraga
Secara
umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Cedera
tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak
mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit.
Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.
2. Cedera
tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan
jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Keluhan bias
berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi), misalnya: lebar
otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).
3. Cedera
tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu
penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika
terdapat robekan lengkap atau hampir lengkap ligament (sprain grade III dan IV
atau sprain fracture) atau fracture tulang.
4. Strain
dan Sprain
Strain dan sprain adalah kondisi yang sering
ditemukan pada cedera olahraga.
a.
Strain
Straing adalah menyangkut cedera
otot atau tendon. Straing dapat dibagi atas 3 tingkat, yaitu :
§ Tinkat
1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada
robekan hanya terdapat kondisi inflamasi ringan, meskipun tidak ada penurunan
kekuatan otot,tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya straing
dari otot hamstring (otot paha belakang) akan mempengaruhi atlit pelari jarak
pendek (sprinter), atau pada baseball pitcher yang cukup terganggu dengan
strain otot-ototlengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan endurance
(daya tahannya).
§ Tingkat
2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah
terdapat kerusakan pada otot atau tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan
atlit.
§ Tingkat
3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah
terjadi rupture yang lebih hebat sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan
tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.
b.
Sprain
Sprain adalah cedera yang
menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4 tingkat, yaitu :
§ Tingkat
1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi
robekan pada serat ligament yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan
tidak ada gangguan fungsi.
§ Tingkat
2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi
robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan
fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan.
Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar- benar aman dan mungkin
diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum
selesainya waktu pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera
barulagi.
§ Tingkat
3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini
terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari tempat lekatnya
dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting untuk segera
menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.
§ Tingkat
4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi
akibat ligamennya robek dimana tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti
lepasnya sebagian tulang tersebut.
E.
Penyebab
dan Pencegahan pada cedera olahraga
Cedera olahraga perlu
diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani, maupun
pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera olahraga. Sekarang
hendakna kita satukan bahasa dahulu bahwa yang paling sental dalam pengelolaan
cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang yang paling
dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah dibandingkan
dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang olahraga. Pulih
tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat
cedera.
Cedera ringan tidak
kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit. Dalam rangka
persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh dikatakan
mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang
tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera. Pelatih harus menyadari
bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera yang berbeda. Sebagai
pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun
pertolongan pertama secara benar. Banyak sekali penyebab-penyebab cedera
olahraga yang perlu diperhatikan, sehingga para atlit dapat menepis atau
menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga.
F.
Penyebab
Cedera Olahraga
Beberapa
faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara olahraga.
1. Faktor olahragawan/olagragawati
a. Umur Faktor
Umur sangat menentukan karena
mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun
raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun
pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia
20-40 tahun.
b. Faktor
pribadi
Kematangan (motoritas) seorang
olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan
olahragawan yang sudah berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan
lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang
sudah berpengalaman.
d. Tingkat
latihan
Betapa penting peran latihan yaitu
pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera,
namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera
karena “over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar
untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan
menyebabkan cedera.
f. Kemampuan
awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan
dengan pemanasan,sehingga terhindar dari cedera yang tidak diinginkan. Misalnya
: terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain.
g. Recovery
period
Memberi waktu istirahat pada
organ-organ tubuh termasuk system musculoskeletal setelah dipergunakan untuk
bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu
menjadi primalagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera
bisa dihindari.
h. Kondisi
tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya
jangan dipaksakan untuk berolahraga, karena kondisi semua jaringan
dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan
Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa
kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal
yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup,
hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.
2. Peralatan
dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design
yang jelek dan kurang baik akan mudah
terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat
proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis
olahraga yang khusus.
3. Faktor
karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahraga
mempunyai tujuan tertentu. Misal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang
cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.
G.
Pencegahan
Cedera
Mencegah lebih baik
daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh.
Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing
tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
1. Pencegahan
lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan
mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti,
karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu
para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wajar atau relaks.
Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja
namun termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa
terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan
pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedara
timbul.
a. Mengurangnya
antusiasme atau kurang tanggap
b. Kulit
dan otot terasa mengembang
c. Kehilangan
selera makan
d. Gangguan
tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e. Meningkatnya
frekuensi jantung saat istirahat
f. Penurunan
berat badan
g. Melambatnya
pemulihan
h. Cenderung
menghindari latihan atau pertandingan
2. Pencegahan
lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu
mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu
bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
a. Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban
waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan
sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera.
b. Daya
tahan
Daya tahan meliputi endurance otot,
paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah,
karena kelelahan mengundang cedera.
c. Pencegahan
lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai
andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan
kesegaran diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi tuntutan
gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya.
Atlit harus makan-makanan yang mudah
dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau
pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3
alasan kenapa warm up harus dilakukan :
§ Untuk
melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai.
§ Untuk
menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dansendi.
§ Untuk
menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.
d. Pencegahan
lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena
lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang
tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan
barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.
e. Peralatan
Peralatan yang standar punya
peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab
cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu
bagian peralatan dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli.
Masing-masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya
sendiri, yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di
hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun
sebagai bagian dari orang lain. Sepatu yang baik sangat membantu
kenyamanan berolahraga dan dapat memperkecil resiko cedera olahraga. Kontruksi
sepatu.
Sepatu lari yang baik mempunyai
cirri-ciri kontruksi sebagai berikut :
§ Sol
relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga mampu meredam benturan.
Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata (bergelombang atau berkembang-kembang).
§ Tumit
harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).
§ Bagian
belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “Achilles pad” dengan
tujuan mencegah cedera tendon Achilles.
§ Terdapat
“arch support” yang baik.
§ Harus
cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah.
§ “Heel
counter” harus kuat dan kaku.
§ Berat
sepatu sekitar 238-340 gram.
f. Medan
Medan dalam menggunakan latihan
atau pertandingan mungkin darialam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan
masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang
telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau
dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
g. Pencegahan
lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera
tetapi haruslah dipilih dengan benar,seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu
mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka
dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga
menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan
mempengaruhi penampilan atlit.
h. Pencegahan
lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap
kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya
ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi,
ketidak stabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian
dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan
rehabilitasi yang tepat pula.
i.
Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan
sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri
secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila
tidak janganlah mencoba-cobauntuk ditampilkan dari pada mengundang
permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit
merupakan faktor yang lebih penting.
H.
Perawatan
dan Pengobatan cedera olahraga
Dalam melakukan
perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu mengetahui dan apa
yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak,fruktur tulang (patah tulang)
dan sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil atau
besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi akan ada
warna ungu, nyeri dan bengkak.
1. Penanganan
pendarahan
Penanganan cedera dinilai lewat
tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan lokal.
a. Akut
(0-24 jam)
Terjadi cedera antara
saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti, biasanya
samapai 24 jam. Dalam pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.
b. Sub-Akut
(24-48 jam)
Pada saat masa akut telah berakhir,
pendarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah kembali. Bila pertolongan
tidak benar dapat kembali ke tingkat akut dan berdarah kembali.
c.
Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Pendarahan telah berhenti, dan kecil
kemungkinan kembali ke tingkat akut, pada saat ini penyembuhan telah
mulai. Dengan pertolongan yang baik masa ini dapat mempersingkat. Pelatih
harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus meminta pertolongan
dokter.
2. Penanganan
pertama
Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari
keputusan yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan.
Bila dokter tidak ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan sendiri, keadaan
ini paling banyak berlaku. Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlit terus
atau berhenti,untuk cedera yang berat keputusannya sangat mudah diambil, tetapi
untuk cedera yang ringan keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan
atlit anda, pelatih sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional
dilapangan.
3. Penanganan
rehabilitasi medik
Pada terjadinya cedera olahraga
upaya rehabilitasi medik yang seringdigunakan adalah :
a. Pelayanan
spesialistik rehabilitasi medik
b. Pelayanan
fisioterapic.
c. Pelayanan
alat bantu (ortesa)
d. Pelayananpengganti
tubuh (protesa)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari makalah di atas
dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi
pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan
berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan)
atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Kalau
pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya pemanasan
atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai olahraga. Akibatnya,
otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga secara berlebihan dan
mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan
membahayakan diri sendiri.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada
beberapa saran yang dapat disampaikan, yaitu:
1. Guru
pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan tentang cedera
olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya bisa
mengatasi masalah cedera olahragan.
2. Bagi
pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan para atlitnya sehingga keluhan-keluhan
atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa dibicarakandan disembuhkan secara
bersama tim. Peltih juga harus mengetahui bagaimana kondisi para atlitnya
baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu pelatih-pelatih harus sering
mengikutu seminar-seminar untuk para pelatih guna memperdalam
pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Andun
Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera.Yogyakarta : Departemen
Pendidikan Nasional. http://surya.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=14557
Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah
dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar